KARYA ILMIAH
MUSIK
DAN LAGU DAERAH SUNDA
OLEH
:
TRIANISA
MAYANGSARI
(11520060)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
PROGRAM
STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2020/2021
i
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat enyusun
tulisan ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam tulisan ilmiah
ini saya akan membahas mengenai musik dan lagu daerah Sunda.
Tulisan
ilmiah ini dibuat dengan berbagai sumber informasi untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan tulisan ilmiah ini. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih kepada sumber-sumber informasi yang telah
membantu saya dalam menyusun tulisan ilmiah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada tulisan
ilmiah ini. Dimohon kemaklumannya, semoga tulisan ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Tangerang
Selatan, 6 Januari 2021
Trianisa
Mayangsari
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................
i
DAFTAR
ISI.........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah...........................................................................
2
1.3 Tujuan
Penulisan.............................................................................
2
1.4 Manfaat
Penulisan...........................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
3
2.1 Pengerian Musik dan Lagu Daerah ......................................................
3
2.2 Ciri-Ciri Umum Musik dan Lagu Daerah..............................................
4
2.3 Alat Instrumen Musik Daerah Sunda....................................................
5
2.4 Musik Dan Lagu Daerah
Sunda............................................................... 10
2.5 Makna-makna dari Musik
dan Lagu Daerah Sunda................................. 11
BAB III PENUTUP.............................................................................................
27
1.1. Kesimpulan............................................................................
27
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................
27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Lagu merupakan komposisi seni nada
atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan
gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Dan ragam nada atau
suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Lagu dapat dinyanyikan secara
solo, berdua, bertiga atau dalam beramai-ramai.
Musik adalah suara yang disusun
sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, nada, dinamika dan
keharmonisan terutama dari suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat
menghasilkan irama. Walaupun musik adalah sejenis fenomena intuisi, untuk
mencipta, memperbaiki dan mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni.
Jadi, musik adalah bunyi-bunyian yang tidak memiliki nyanyian
dan hanya berirama, sedangkan lagu adalah bunyi irama yang memiliki nyanyian.
1.1 Latar Belakang
Musik dan lagu
telah lama ada dan berkembang di Indonesia sejak jaman dahulu yang diciptakan
oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan secara turun-temurun menjadi warisan bagi
kebudayaan Indonesia hingga masa yang akan datang nanti. Proses turun-temurun
inilah yang membuat musik dan lagu di Indonesia menjadi hidup dan berkembang hingga
terdapat banyak ragam jenis dan fariasi dari lagu dan musik itu. Musik dan lagu
yang diturunkan nenek moyang inilah yang saat ini disebut sebagai musik dan lagu
tradisional daerah, karena merupakan hasil karya dari nenek moyang berbeda yang
ada di setiap daerah Indonesia.
Karena Indonesia
memiliki daerah yang begitu banyak ( Maluku, Papua, Sunda, Jawa, Riau,
Mentawai, Bali, dan masih banyak lagi ), musik dan lagu daerah pun jadi banyak
pula. Apalagi biasanya setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam seni
musik dan lagu, ditambah biasanya masing-masing daerah memiliki lebih dari satu
musik dan lagu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa musik tradisional
merupakan kekayaan dan ciri khas dari masyarakat suku dan daerah pemiliknya.
1
Hampir setiap daerah di wilayah nusantara memiliki musik daerah dengan lagu serta peralatan yang berbeda-beda. Pada umumnya, musik daerah di Indonesia masih sederhana dan kental dengan unsur-unsur kedaerahannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1.
Apa Pengerian Musik dan Lagu
Daerah?
1.2.2.
Apa Saja Ciri-Ciri Umum Musik
dan Lagu Daerah?
1.2.3.
Apa Saja Alat Instrumen Musik
Daerah Sunda?
1.2.4.
Apa Saja Musik Dan Lagu
Daerah Sunda?
1.2.5.
Apa Saja Makna-makna dari
Musik dan Lagu Daerah Sunda?
1.3 Tujan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian lagu daerah.
1.3.2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri umum musik dan lagu
daerah.
1.3.3. Untuk mengetahui apa saja alat instrumen musik daerah Sunda.
1.3.4. Untuk mengetahui apa saja musik dan lagu daerah Sunda.
1.3.5. Untuk mengetahui makna-makna dari musik dan lagu daerah Sunda.
1.4 Manfaat
Penulisan
Memperoleh banyak
ilmu, pengetahuan, dan wawasan baru mengenai musik dan lagu tradisional daerah
khususnya yang ada di daerah kawasan Sunda agar para generasi mendatang lebih
mengenal dan memahami makna yang ada di setiap karya serta tertarik dengan
musik dan lagu daerahnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Musik dan Lagu Daerah
Lagu daerah atau musik kedaerahan, adalah lagu atau musik yang
berasal dari suatu daerah tertentu dan
menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun
rakyat lainnya. Pada umumnya pencipta lagu daerah ini tidak diketahui lagi
alias noname.
Lagu kedaerahan mirip dengan lagu kebangsaan, namun
statusnya hanya bersifat kedaerahan saja. Lagu kedaerahan biasanya memiliki
lirik sesuai dengan bahasa daerahnya masing-masing seperti Manuk
Dadali dari Jawa Barat dan Rasa
Sayange dari Maluku. Hal itu dikarenakan lagu daerah dibuat
berdasarkan gaya, tradisi, serta bahasa yang sesuai dengan daerahnya.
Selain lagu daerah, Indonesia juga memiliki beberapa lagu
nasional atau lagu patriotik yang dijadikan sebagai lagu penyemangat bagi para
pejuang pada masa perang kemerdekaan. Perbedaan antara
lagu kebangsaan dengan lagu patriotik adalah bahwa lagu kebangsaan ditetapkan secara
resmi menjadi simbol suatu bangsa. Selain itu, lagu kebangsaan biasanya
merupakan satu-satunya lagu resmi suatu negara atau daerah yang menjadi ciri
khasnya. Lagu Kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya yang
diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman.
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan
keragaman alat musiknya. [9]Identitas musik Indonesia mulai
terbentuk ketika budaya Zaman Perunggu bermigrasi ke Nusantara pada
abad ketiga dan kedua Sebelum Masehi. Musik-musik suku tradisional Indonesia
umumnya menggunakan instrumen perkusi, terutama gendang dan gong.
Beberapa berkembang menjadi musik yang rumit dan berbeda-beda, seperti alat
musik petik sasando dari Pulau
Rote, angklung dari Jawa Barat, dan musik
orkestra gamelan yang kompleks dari Jawa dan Bali.
Musik di Indonesia sangat beragam dikarenakan
oleh suku-suku di Indonesia yang bermacam-macam, sehingga boleh
dikatakan seluruh 17.508 pulaunya memiliki budaya dan seninya sendiri.
Indonesia memiliki ribuan jenis musik, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan
pentas. Musik tradisional yang paling banyak digemari adalah gamelan, angklung dan keroncong,
sementara musik modern adalah pop dan dangdut.
2.2. Ciri-Ciri
Umum Musik dan Lagu Daerah
Setiap lagu daerah memiliki karakter serta ciri-ciri yang
beragam. Selain bahasanya yang berbeda-beda, jenis musik yang dimainkan
rata-rata juga memiliki perbedaan. Namun, umumnya
lagu daerah di Indonesia memiliki ciri-ciri seperti berikut :
·
Lagu
daerah biasanya menceritakan keadaan lingkungan sekitar atau budaya masyarakat
setempat dan dipengaruhi oleh adat istiadat setempat.
·
Jarang
diketahui pengarangnya.
·
Nyanyiannya menggunakan bahasa daerah masing-masing.
·
Memiliki
pesan dan mengandung nilai-nilai kehidupan, unsur-unsur kebersamaan sosial,
serta keserasian dengan lingkungan hidup sekitar.
·
Biasanya
seseorang yang berasal dari daerah lain akan mengalami kesulitan saat
menyanyikannya karena kurangnya penguasaan bahasa setempat sehingga
penghayatannya kurang maksimal.
·
Mengandung
nilai-nilai kehidupan yang unik dan khas.
·
Memiliki
sifat yang sederhana sehingga untuk mempelajari lagu daerah tidak memerlukan
pengetahuan musik yang cukup mendalam.
Sedangkan musik hanya memiliki ciri umum sebagai berikut
:
·
Memiliki susunan melogi yang
sederhana.
·
Hanya terdapat beberapa versi
saja.
·
Tidak diketahui penulis atau
penciptanya.
·
Diwariskan turun-temurun.
Berikut ini adalah ciri-ciri musik dan lagu Sunda :
·
Memiliki ritme nyanyian
cengkok mendayu-dayu.
·
Tempo lagu antara lambat dan sedang.
·
Menggunakan tangga nada
Pentatonis.
·
Biasanya
diiringi alat musik seperti suling bambu, angklung, atatu gendang.
2.3. Alat
Instrumen Musik Daerah Sunda
Saat ini Sunda setidaknya telah memiliki 10 lebih alat
musik yang mulai populer di kalangan generasi muda khususnya sukabumi, berikut
adalah alat musiknya :
1) Angklung
Angklung ini merupakan ikon budaya tradisional kebanggaan
Jawa Barat. Alat musik yang dimainkan dengan cara digoyang ini sudah dikenal
masyarakat Internasional. Bahkan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah
menetapkan angklung sebagai alat musik asli Indonesia.
2) Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan purwarupa dari
angklung. Apabila angklung dimainkan dengan cara digoyang, maka Calung
dimainkan dengan cara dipukul batang bambu yang tersusun sesuai laras nada.
Alat musik ini dibuat dari bambu hitam (awi wulung) namun ada beberapa yang
dibuat juga dari bambu putih (awi temen).
3) Suling Bambu Sunda
Suling merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara
ditiup. Hampir semua daerah di Indonesia ini memiliki alat musik Suling. Namun
demikian masing-masing daerah memiliki ciri khas dan nama tersendiri. Pembeda
Suling Sunda dengan daerah lain adalah bentuk juga bunyi dan alunan nada yang
dihasilkan, merdu, melengking, dan mendayu-dayu.
4) Karinding
Pada awalnya, Karinding adalah alat yang digunakan para
karuhun (leluhur) untuk mengusir hama di sawah, karena alat yang dibuat dari
bambu dan pelepah kawung (aren) ini mengeluarkan bunyi khas. Selain itu,
Karinding juga digunakan sebagai pengiring pembacaan rajah atau doa. Namun,
kemudian digunakan kaum lelaki kala itu untuk memikat hati wanita yang disukai.
Karinding dimainkan dengan menempelkan ruas tengahnya di depan mulut yang agak
terbuka, lalu memukul atau menyentir ujung ruas paling kanan karinding dengan
satu jari hingga “jarum senar†bergetar secara intens. Dari getaran itulah
dihasilkan suara yang akan diresonansi oleh mulut. Sehingga suara yang
dikeluarkan akan tergantung dari rongga mulut, nafas, dan lidah pemainnya. Pada
perkembangannya Karinding tidak hanya digunakan untuk bersawah, para karuhun
memainkan alat musik tiup ini dalam ritual atau upacara adat.
6
5) Celempung
Alat musik ini dibuat dari bambu gombong, dilengkapi senar
dari sembilu bambu. Dimainkan dengan cara dipukul dan membuka tutup ruas bagian
atas. uniknya suara yang dihasilkan Celempung bisa menyerupai suara gendang dan
suara gong dengan memainkan tangan yang menutup ruas bagian atas.
6) Arumba
Arumba bukanlah sebuah alat musik, tetapi perpaduan beberapa
alat musik terbuat dari bambu seperti Angklung, Calung dan Gambang Sunda. Arumba
yang merupakan kepanjangan dari Alunan Rumpun Bambu (The Rhythm of Bamboos)
dikembangkan oleh Udjo Ngalagena pada 1971. Alat musik yang dibuat Arumba
berasal dari bambu beukuran kecil hingga besar. Uniknya alunan Arumba ini dapat
dinikmati dan ditampilkan dari berbagai jenis musik dari musik tradisional,
klasik, bahkan cha-cha dan atin.
7) Toleat
Toleat merupakan alat musik tiup dari Kabupaten Subang, Jawa
Barat, bentuknya menyerupai suling namun memiliki suara unik yang dihasilkan
dari geskan lembar tipis bambu pada bagian peniupnya, suara Toleat menyerupai saxophone.
Toleat dipopulerkan oleh Mang Parman seniman Subang sekitar 1980.
7
8) Kohkol
Kohkol awalnya hanyalah alat komunikasi atau penyampai pesan,
dibunyikan dengan cara dipukul, variasi dan keahlian memukul kentongan dapat
menibulkan suara harmonis bahkan terkesan magis. Variasi dari suara Kohkol
adalah renteng, yaitu beberapa buah Kohkol disusun hingga membuat tangga nada,
dimainkan dengan dua tangan.
9) Goong tiup
Meski bernama Goong (gong) suara yang dihasilkan Goong Tiup,
tidak seperti gong dari logam, Goong Tiup mirip suara dengungan menggema atau
terompet pemanggil hewan ternak milik bangsa Eropa. Alat musik ini terbuat dari
batang bambu utuh berukuran sedang sepanjang kurang lebih 1.5 hingga dua meter.
Goong Tiup dimainkan dengan menghembuskan nafas melalui ujung bambu yang lebih
kecil, tidak memiliki nada namun dapat memberi efek suara berkesan magis. Alat
serupa dimiliki Suku Aborigin di Australia, bedanya mereka membuatnya dari
batang kayu yang dilubangi.
10) Bangbaraan
Batang bambu sepanjang kurang lebih 50 cm yang dicoak pada
kedua sisinya hingga menyerupai huruf "U". Dimainkan dengan dipukul,
hingga getaran bambu akan berdengaung menyerupai dengungan sayap bangbara
(kumbang hitam). Alat musik ini kerap digunakan dalam pertunjukan musik etnik
atau musik pengiring pertunjukan drama karena keunikan efek suaranya
11) Cacaian
Dinamakan Cacaian karena efek suaranya mirip gemiricik air.
Alat musik ini terbuat dari batang bambu sepanjang kurang lebih 1.20 cm yang
dibuang ruasnya, lalu diberi pasak yang dipasang spiral dan diisi biji kacang atau
gotri. Cara memainkannya dengan menbolak-balikan bagian atas dan bawahnya.
2.4. Musik
Dan Lagu Daerah Sunda
Seperti yang kita ketahui, Jawa Barat
apalagi daerah Sunda memiliki banyak lagu-lagu tradisional daerah. Seperti Bubuy
Bulan, Cing Cangkeling, Manuk Dadali yang sudah lumayan dikenali oleh
orang-orang luar Sunda /Jawa Barat. Namun selain yang disebutkan barusan,
sebenarnya masih banyak lagi lagu-lagu sunda yang jarang diketahui. Berikut adalah
lagu-lagu tradisional daerah sunda :
1) Cing Cangkeling
2) Bubuy Bulan
3) Tokecang
4) Sapu Nyere Pegat Simpay
5) Manuk Dadali
6) Kembang Jahe Laos
7) Anjeun
8) Peuyeum Bandung
9) Mojang Priangan
10) Bajing Luncat
11) Warung Pojok
12) Talak Tilu
13) Panon Hideung
14) Sabilulungan
15) Karatangan Pahlawan
16) Tanah Sunda
17) Sumedang Tandang
18) Nenun
19) Sasalimpetan
20) Pim Pom Pilem
2.5. Makna-makna dari Musik dan Lagu
Daerah Sunda
Berikut adalah makna-makna dari lagu-lagu daerah sunda
yang telah disebutkan di atas :
1) Cing Cangkeling
Cing Cangkeling adalah sejenis lagu permainan Sunda
yang biasanya dilakukan oleh anak-anak untuk berhitung sebelum permainan
kucing-kucingan atau permainan sentuh berlarian.
“Kleung dengklek buah kopi raranggeuyan
Keun anu dewek ulah pati diheureuyan
Cing cangkeling manuk cingkleung cindeten
Blos kakolong bapak satar buleneng
Kleung
dengklek buah kopi raranggeuyan
Keun anu dewek ulah pati diheureuyan
Cing cangkeling manuk cingkleung cindeten
Blos kakolong bapak satar buleneng
Pat
lapat pat lapat katingalan masih tebih kene pisan
Layarna bodas jeung celak kasurung kaombak ombak”
Lagu ini seperti menggambarkan
perasaan atau isi hati manusia yang diibaratkan dengan seekor burung yang
beterbangan kesana dan kemari. Seperti layaknya burung, hati manusia juga penuh
dengan kegoyahan dan berpindah-pindah.
Hati yang baik
adalah hati yang tenang, tetap, dan tidak gampang goyah atau teguh pendirian.
Dengan hati yang seperti itu, tentu akan menumbuhkan kedamaian serta menuntun
si pemilik hati di atas jalan yang benar.
2) Bubuy Bulan
Bubuy Bulan merupakan salah satu lagu daerah
Jawa Barat yang diciptakan oleh Benny Corda dengan menggunakan Bahasa Sunda.
Lagu ini sangat familiar di kalangan masyarakat Sunda, yang bahkan sering
diajarkan di sekolah-sekolah dasar hingga menengah atas.
“Bubuy bulan
Bubuy bulan sangray béntang
Panon poé
Panon poé disasaté
Unggal
bulan
Unggal bulan abdi téang
Unggal poé
Unggal poé ogé hadé
Situ
Ciburuy
laukna hésé dipancing
Nyérédét haté
Ningali ngeplak caina
Duh éta
saha
Nu ngalangkung unggal énjing
Nyérédét haté
Ningali sorot socana”
Bubuy Bulan merupakan lagu percintaan
yang menceritakan tentang seseorang yang sedang merindu kekasihnya yang berada
di tempat yang jauh. Ia selalu berharap agar kekasihnya dapat pulang dan
menemuinya sesering mungkin untuk mengobati kerinduannya.
Namun kerinduannya
itu semakin bertambah ketika ia seringkali melihat seseorang melewati depan
rumahnya setiap pagi, dan orang tersebut seperti mengingatkannya kepada
kekasihnya karena memiliki sorot mata yang mirip.
3) Tokecang
Tokecang (Tokécang) adalah
salah satu lagu daerah Jawa Barat yang juga sangat populer di kalangan
masyarakat Sunda, bahkan juga terkenal di luar lingkup masyarakat Sunda. Lagu
ini juga sempat beberapa kali diaransemen dengan musik pop sehingga lebih mudah
diterima di masyarakat secara luas. Tokecang juga tergolong
salah satu lagu daerah yang paling terkenal di Indonesia yang bahkan sempat
dijadikan sebagai soundtrack dalam
sinetron anak-anak di televisi. Banyak orang menyukai lagu ini, dari anak-anak
hingga dewasa, karena memiliki irama yang riang, bertempo cepat, dan dengan
lirik lagu yang jenaka.
“Tokecang tokecang bala gendir tosblong
Angeun kacang sapependil kosong
Aya listrik di masigit meuni caang
katingalna
Aya istri jangkung alit karangan dina pipina
Tokecang tokecang bala gendir tosblong
Angeun kacang angeun kacang sapependil kosong”
Dalam tradisinya, Tokecang tergolong dalam jenis lagu permainan,
biasanya dinyanyikan oleh anak-anak dengan berpasang-pasangan, saling berhadapan,
dan saling berpegangan tangan. Ketika tengah menyanyikan lagu ini, pasangan
tadi kemudian berbalik sembari memutarkan tangannya sehingga jadi saling
membelakangi.
Biasanya,
permainan ini dilakukan ketika sedang menunggu sesuatu, baik dalam bentuk benda
maupun manusia. Tujuannya untuk menghilangkan rasa bosan karena menunggu
terlalu lama, sehingga mengisi waktu dengan hiburan.
4) Sapu Nyere Pegat Simpay
Sapu Nyere Pegat Simpay tergolong dalam
lagu wajib atau lagu daerah dari Jawa Barat yang diciptakan oleh Sambas
Mangundikarta, seorang penyiar sekaligus pencipta lagu dari Bandung.
“Ririungan urang karumpul,
Meungpeung deukeut hayu urang sosonoan,
Macangkrama bari ngawadul,
Urang silih tempas, silih aledan…
Moal lila jeung babaturan,
Hiji wanci anu geus ditangtukeun,
Bakal pisah bakal pajauh,
Bakal mopohokeun katineung urang…
Sapu nyere pegat simpay, bakal kasorang,
(Paribasa)
Takdir ti Gusti Hyang Widi, pasti kalakon…
Urang rek papisah,
Urang rek pajauh,
Meungpeung deukut,
Hayu urang sosonoan.”
5) Manuk Dadali
Manuk Dadali masih dikategorikan sebagai lagu
daerah yang berasal dari Jawa Barat, yang juga diciptakan oleh Sambas
Mangundikarta. Manuk Dadali yang artinya
Burung Garuda, sudah tampak jelas bahwa lagu ini sangat bernafaskan
nasionalisme yang melukiskan keperkasaan burung garuda sebagai lambang dari
kejayaan Indonesia.
“Mesat ngapung
luhur jauh di awang-awang
Meberkeun jangjangna bangun taya karingrang
Sukuna ranggaos reujeung pamatukna ngeluk
Ngapak mega bari hiberna tarik nyuruwuk
Saha anu bisa nyusul kana tandangna
Gandang jeung pertentang taya bandingannana
Dipikagimir dipikaserab ku sasama
Taya karempan kasieun
Manuk Dadali manuk panggagahna
Perlambang sakti Indonesia Jaya
Manuk Dadali pangkakon carana
Resep ngahiji rukun sakabehna
Hirup sauyunan tara pahiri-hiri
Silih pikanyaah teu inggis bela pati
Manuk dadali ngandung siloka sinatria
Keur sakumna Bangsa di Nagara Indonesia”
Manuk
Dadali artinya burung Garuda. Lagu ini juga bernafaskan nasioalisme, dengan melukiskan keperkasaan
burung garuda dengan lambang dari kejayaan Indonesia. Lagu ini sampai sekarang populer di Jawa
Barat, terutama dalam
siaran radio RRI.
6) Kembang Jahe Laos
Untuk lagu Kembang Jahe Laos saya hanya
dapat menemukan lirik lagunya saja dan belum bisa menemukan maknanya.
“Kembang jahe laos
oli tuku larang larang
Kembang jahe laos oli tuku larang larang
Larang larang sepirane asal rujuk wong tuwane
Kembang cicilingkong kembu cilik wadah
bangkong
Kembang cicilingkong kembu cilik wadah bangkong
Lagi cilik dibopong-bopong barang gede digawa uwong
Kembang kembang palem tengahe kembang
melati
Kembang kembang palem tengahe kembang melati
Yen gelem ngomonga gelem aja gawe lara ati”
7) Anjeun
Untuk lagu Anjeun juga saya belum bisa
menemukan makna yang terkandung dan hanya bisa mendapatkan liriknya saja.
“Teu aya deui, nu mikancinta iwal anjeun
Teu aya deui, nu mikamelang iwal anjeun
Pangnyaahna sadunya, pangbageurna sadunya iwal anjeun
Anu heman tur daria, anu jangji satia ngan ukur anjeun
Duh aduh aduh aduh
Hate bagja bisa papanggih jeung anjeun
Duh aduh aduh aduh
Hate reugreug aya sagigireun anjeun
Ngan saeutik hanjakalna
Lamun tepang osok ngajak rurusuhan
Dasar kudu kanyahoan
Horeng anjeun geus rimbitan
Teu aya deui nu jadi pikir iwal anjeun
Teu aya deui nu kagundamkeun iwal anjeun
Inggis beunang ku batur
Inggis bogoh ka batur, iwal anjeun
Unggal peuting babacaan
Mapatkeun pelet asihan husus keur anjeun
Duh aduh aduh aduh
Kurang dahar, kurang sare mikir anjeun
Duh aduh aduh aduh
Hayang deukeut, hayang geugeut…Ngan jeung anjeun
Dasar kudu kanyahoan
Ngirim surat salah ngasupkeun eusina
Gurat sial jeung cilaka
Putus ka ditu ka dieu.”
8) Peuyeum Bandung
Peuyeum Bandung merupakan sebuah judul lagu
yang menceritakan kemasyhuran peuyeum sebagai makanan khas Bandung yang
terkenal karena kenikmatannya. Lagu ini diciptakan oleh Sambas Mangundikarta
dan dipopulerkan oleh Nining Maida, seorang penyanyi pop-Sunda tahun 1980-an.
Dimana-mana
Di kampung di kota
Tos kakoncara
Ku nikmat rasana
Sampeu asalna
Teu direka-reka
Naon namina
Duh matak kabita
Peuyeum Bandung kamashur
Pangaosna teu luhur
Ku sadaya kagaleuh
Sepuh jeung murangkalih
Mangga cobian
Bilih panasaran
Peuyeum ti Bandung
Henteu sambarangan"
Berbicara soal peuyeum Bandung,
peuyeum merupakan makanan khas Bandung yang sangat terkenal dan menjadi salah
satu makanan yang banyak diburu oleh para wisatawan. Kalau dalam Bahasa Indonesia,
peuyeum biasa disebut sampe atau tapai (tape).
Dalam pembuatannya, peuyeum dibuat
dari olahan singkong yang direbus, lalu diberi ragi, dan dibiarkan selama
beberapa hari. Karena ke-khas-an makanan ini, seorang seniman, Sambas
Mangundikarta, sampai menciptakan sebuah lagu yang diberi judul Peuyeum Bandung.
9) Mojang Priangan
Dalam Basaha Indonesia, Mojang Priangan dapat
diartikan “Gadis Priangan” atau “Gadis Bandung”. Ada dua nama yang dinisbatkan
sebagai pencipta lagu ini, antara Iyar Wiarsih dan Nano Suratno, entah siapa yang sebenarnya
menciptakan lagu ini.
“Angkat ngagandeuang
Bangun taya karingrang
Nganggo sinjang dilamban
Mojang priangan …
Umat-imut lucu
Sura-seuri nyari
Larak-lirik keupat
Mojang Priangan …
Diraksukan kabaya
Nambihan cahayana
Dangdosan sederhana
Mojang priangan
Mojang anu donto
Matak sono nu nempo
Mun tepung sono ka
Mojang Priangan
…
Gareulis maranis
Disinjang lalenjang
Estu sono mun leumpang
Mojang Priangan …
Digigirna ge lenggik
Dihareupna ge sieup
Ditukangna lenjang
Mojang Priangan
Diraksukan kabaya
Nambihan cahayana
Dangdosan sederhana
Mojang priangan
18
Mojang anu donto
Matak sono nu nempo
Mun tepung sono ka
Mojang Priangan”
Sebagaimana dengan judulnya, Mojang
Priangan menceritakan tentang kecantikan gadis-gadis dari Kota
Bandung. Diceritakan mulai dari caranya berjalan, berpakaian, tubuhnya yang
ramping, senyumnya yang manis, dan sebagainya sebagai gambaran gadis pujaan
para pria.
10) Bajing Luncat
Bajing Luncat merupakan
salah satu lagu daerah Jawa Barat ciptaan seorang komposer Sunda yang terkenal,
Kosaman Djaja. Dalam Bahasa Indonesia, Bajing Luncat dapat
diartikan dengan “Tupai Loncat”.
“Bajing luncat, bajing luncat
Ka astana aduh
Abdi lepat narosan
Teu ti anggalna
Bajing luncat, bajing luncat
Ka astana ieuh
Abdi lepat narosan
Teu ti anggalna
Ku teu sangka salira bet
luas pisan
Teu hawatos
Ka nu kesel ngantos ngantos
Api api teu emut kana pasini
Pasini pakait ati
duh pakait ati”
Lagu ini berkisah tentang seorang lelaki yang tengah kecewa
karena wanita pujaan hatinya yang selama ini telah memegang janji, namun
sebentar lagi akan bersanding dengan lelaki lain. Ia menyesal kenapa tidak dari
dulu ia melamar wanita pujaannya tersebut. Ia juga kecewa karena wanita-nya
tidak mau menunggunya, namun malah bersanding dengan lelaki lain.
11) Warung Pojok
Warung Pojok merupakan lagu daerah Jawa Barat
yang diciptakan oleh seorang maestro tarling asal Cirebon, H. Abdul Adjib. Lagu
ini memang sangat terkenal di kalangan lagu tarling yang tentu sudah tak asing
lagi bagi para pecinta lagu daerah, khususnya Jawa Barat. Saking familiarnya,
lagu ini juga banyak diajarkan di sekolah-sekolah dalam mata pelajaran seni dan kebudayaan.
“Akeh wong padha kedanan masakan
Akeh wong padha kelingan pelayan
Ora klalen kesopanan ning sekabeh lelangganan
Yen balik tas jalan-jalan mingguan
Mumpung bae tas gajian kaulan
Warung Pojok go ampiran etung-etung ke kenalan
Tobat dhendhenge emi rebuse,
Sega gorenge dhaginge gedhe gedhe
Adhuh kopie, tobat bukete
Adhuh manise persis kaya pelayane
Pura-pura mata mlirik meng dhuwur
Padhahal ati ketarik lan ngawur
Nginum kopi mencok nyembur
Kesebab nyasar meng cungur
Tobat dhendhenge emi rebuse
Sega gorenge dhaginge gedhe gedhe
Adhuh kopie tobat bukete
Adhuh manise persis kaya pelayane”
H. Abdul Adjib
sendiri sebagai pencipta lagu ini, merupakan salah satu seniman tarling yang
sangat berpengaruh. Lagu-lagunya banyak digemari masyarakat, khususnya para
pecinta lagu tarling. Bahkan, salah satu karya terbaiknya pernah diaransemen
oleh maestro karawitan besar semacam Atot Arosoma, Benny Corda, dan Mus Mualim. Karena karya-karyanya yang luar
biasa, H. Abdul Adjib juga pernah memperoleh penghargaan di bidang seni dari
Gubernur Jawa Baratmasa itu, tahun 2004.
12) Talak Tilu
Talak Tilu memiliki arti “Talak Tiga”
yang diciptakan oleh Hj.Mimin
Suwanda bersama gurp Jaipongan
yang bernama SUWANDA GRUP pada tanggal 7 Maret 1977 silam.
“Mana nyeri nyeri nyeri teuing
Ceurik ati di tambelarkeun
Henteu beunang ku disabaran
Aduh alah ieung
Tega teh teuing
Indit sore kurunyungna subuh
Abdi tunduh mukakeun tulak
Batin nyeri ceurik sorangan
Aduh alah ieung
Tega teh teuing
Nyeri-nyeri-nyeri moal beunang diubaran
Kajeun tutumpuran paeh ge teu panasaran
Meungpeung ngora keneh
Meungpeung urang can batianPek geura serahkeun
Talak tilu sakalian
Henteu butuh lalaki curaling
Boga rasa sok ieu aing
Henteu robah teu eling-eling
Aduh alah ieung
Tega teh teuing”
Lagu ini menceritakan tentang sakitnya seorang perempuan yang
harus rela di talak dan bercerai dengan suaminya, walaupun dalam hatinya dia
tidak mau berpisah tetapi apalah daya ini jalan yang terbaik untuk hubungannya.
Perempuan ini merasakan sakitnya dikhianati laki-laki dan merasa laki-laki ini
sudah tidak bisa dipertahankan lagi.
13) Panon Hideung
Panon Hideung merupakan lagu daerah ciptaan
komposer nasional asal Betawi, Ismail Marzuki di tahun 1936-1937. Oleh Marzuki,
lagu ini diadaptasi dari lagu Ochi Chernye asal
Russia dan menjadi penonggak kemunculan musik pop-Sunda pertama, meskipun
nadanya diambil dari lagu luar negeri.
“Panon hideung pipi koneng
Irung mancung Putri Bandung
Putri saha di mana bumina
Abbi reseup kaanjeunna
Siang wengi kaimpi-impi
Hate abdi sara redih
Teuemut dahar
Teuemut nginum
Emut kanu geulis
Panon Hideung”
Panon Hideung sendiri menceritakan tentang sosok
Miss Eulis, mojang Parahiyangan berdarah Sunda-Arab yang membuat Ismail Marzuki
jatuh cinta. Ia melukiskan sosok Miss Eulis dengan mata hitam yang indah,
hidung macung, dan kulit kuning langsat.
14) Sabilulungan
Dalam Bahasa
Indonesia, Sabilulungan berarti “Kebersamaan”. Sebagaimana dengan judulnya, lagu ini
memang berisi seputar kebersamaan, gotong royong, dan mengajak siapapun untuk
menjaga rasa persatuan itu sendiri.
“Sabilulungan…dasar
gotong royong
Sabilulungan…sifat silih rojong
Sabilulungan…genteng ulah potong
Sabilulungan..persatuan tembong
Tohaga rohaka
Teguh rengkuh perbawa sabilulungan
Satia…sajiwa
Segut singkil ngabasmi pasalingsingan
Sabilulungan…
hirup sauyunan
Sabilulungan…silih pikaheman
Sabilulungan..nulung tinulungan
Sabilulungan..kukuh persatuan
Santosa samapta, Teuneung
ludeung ngajaring kawibawaan
Saihwan sapaham, Nagri nanjung berekah sabilulungan
Sabilulungan…dasar gotong royong
Sabilulungan…sifat silih rojong
Sabilulungan…genteng ulah potong
Sabilulungan..persatuan tembong”
Lagu Sabilulungan sendiri diciptakan oleh seorang
seniman Sunda bernama Koko Koswara, atau yang biasa dipanggil dengan nama Mang
Koko. Lewat lirik lagu tersebut, tersirat makna bahwa kebersamaan dan persatuan
yang telah menjadi simbol bangsa Indonesia ini merupakan hal yang semestinya
wajib dijaga dan dilestarikan.
15) Karatangan Pahlawan
Lagu Karatangan Pahlawan diciptakan oleh
H. Koko Koswara. Makna lagu
ini secara umum adalah mengambarkan sifat nasionalisme seorang pahlawan yang
tekadnya bulat dalam merebut kemerdekaan. Pahlawan dalam lagu ini dikisahkan
pantang mundur sebelum kemerdekaan dicapai. Ia rela mengorbankan kepentingan
pribadinya dan terus berjuang demi kemerdekaan dengan ikhlas dan ridho tanpa
mengharap balasan.
“Teu hon cewang sumoreang
tekadna pahlawan Bangsa
Cadu mundur pantrang mulang
mun maksud ta can laksana
Berjuang keur lemah cai
lali rabi tur tega pati
Ta ya basa menta pamulang tarima ikhlas
rido keur korban merdeka
Sinatria dana laga
bela Bangsa jeung Nagara
Dibarengan tekad suci
berjuang keur lemah cai
Teu ngingetkeun ka dirina
asal Nagri, Bangsa waluya
Bisa jembar merdeka mukti wibawa
jasa tujuan pahlawan Bangsa”
16) Tanah Sunda
Tanah Sunda merupakan lagu daerah Jawa Barat
ciptaan Mang Koko (Koko Koswara) yang juga dikembangkan di Kabupaten
Majalengka. inti dari lagu ini menceritakan tentang kekayaan Tanah Sunda dan
nasihat kepada masyarakat untuk senantiasa merawatnya dengan baik.
“Tanah sunda wibawa
Gemah ripah tur endah
Nu ngumbara, suka betah
Orang sunda sawawa
Sing toweksa perceka
Nyangga darma, anu nyata
Seweh pajajaran
Mungga tong kasmaran
Sing tuladen, jeung rumasa
Miara pakaya, memang sawajibna
Geten titen, rumawat tanah pusaka”
Lagu ini rupanya
memiliki banyak fungsi sekaligus yang terbagi menjadi: fungsi individu, fungsi
hiburan, sekaligus fungsi pendidikan. Sebagai individu, Mang Koko Koswara lewat
lagu ini ingin menyampaikan isi hatinya kepada masyarakat untuk senantiasa
merawat tanah pusaka Sunda ini.
Sebagai media
hiburan, Tanah Sunda di masanya juga sering disiarkan di banyak
stasiun radio Sunda seperti: Duta FM, Angkasa FM, Raka FM, dan sebagainya.
Selain itu, lagu ini juga digunakan sebagai lagu penyambut tamu, agar para tamu
terpukau dengan kekayaan Tanah Sunda beserta keseniannya. Terakhir sebagai media pendidikan,
lagu Tanah Sunda juga mengandung pesan moral berupa kewajiban dan
kecintaan terhadap Tanah Padjadjaran.
17) Sumedang Tandang
Lagu ini merupakan lagu asli dari daerah Sumedang yang
menceritakan keindahan dan keadaan daerah Sumedang.
“Dangiang Sumedang tandang ngahudag galura juang
Insun medal jati diri walagri pangeusi nagri
Natar gelar nutur galur luluhur ti dayeuh luhur
Tampomas cadas pangeran jadi tangtung kateguhan
Sumedang tandang, tartib aman nyambuang dangian
Sumedang tandang, torta gawe udagan nanjung gumilang
Sumedang, Sumedang, Sumedang tandang
Dangiang Sumedang tandang ngahudag galura juang
Insun medal di…ri… walagri pangeusi nagri
Natar gelar nutur galur luluhur dayeuh luhur
Luluhur dayeuh luhur Ja…lan.. tangtung ka teguhan, kateguhan
tangtungan
Sumedang tandang tartib aman nyambuang dangiang
Sing nyambuang dangiang Sumedang tandang, la..na..ma..jang..
Mangka lana mangka manjang mangka nanjung
Mangkalangan, narawangan keur Sumedang tandang
Tandang juang,galura juang
Insun diri walagri pangeusi nagri
Natar gelar nutur galur luluhur dayeuh luhur
Luluhur dayeuh luhur ja..lan.. tangtung kateguhan,kateguhan
tangtungan
Sumedang tandang, a..man dangiangan sing nyambuang dangiang
Sumedang tandang,la..na..man..jang..
Mangka lana mangka manjang mangka nanjung
Mangkalangan, narawangan keur Sumedang tandang”
18) Nenun
Untuk lagu ini, makna dan penciptanya
belum dapat saya temukan. Berikut lirik lagunya.
“Tenun lagu bertenun tenun
kain celupan Batu Bara
Ada kain bersulam sutera ada kain warna kesumba
Ada kain bermanik perada jenis kain berbagai
macam ada”
19) Sasalimpetan
Sasalimpetan adalah lagu permainan Sunda yang
dinyanyikan oleh anak-anak ketika memainkan permainan Sasalimpetan.
“Sasalimpetan
Jajahan aing nu panjang héy! héy!
Saha nu Panjang”
20) Pim Pom Pilem
Pim Pom Pilem merupakan lagu permainan Sunda yang
biasa dinyanyikan oleh anak-anak untuk mengundi sesuatu. Dalam permainannya,
akan ditunjuk salah seorang anak menjadi semacam pemimpin. Pemimpin yang telah
ditunjuk ini lalu mengepalkan tangan kirinya kemudian diletakkan di tengah
kumpulan.
Anak-anak yang lain kemudian
menirukan si pemimpin tadi mengepalkan tangan kanannya masing-masing dan
meletakkannya di tengah kumpulan. Lalu, si pemimpin meletakkan tangannya lagi
ke kepalan tangan-tangan yang lain sambil menyanyikan lagu Pim Pom Pilem bersama-sama.
“Pim-pom pilem jabésé
Sédan beureum ti Jogja
Batu ngampur dikempis
Pisang cau karonéng
Néngtét bujal di gunung
Nungtun sapi keur depa
Parahuna tiguling”
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Musik dan lagu daerah adalah warisan
kesenian yang berkembang di daerah sekitar musik itu berasal. Musik daerah juga
musik tradisional, yaitu merupakan jenis musik yang muncul atau lahir dari budaya
daerah secara turun-temurun oleh nenek moyang. Alat musik daerah ini merupakan
suatu ciri khas sebuah daerah maupun bangsa. Maka menjaga, memelihara, dan
melestarikan budaya dengan alat-alat musik daerah merupakan kewajiban dari
setiap individu. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan kekayaan yang harus
dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa. Alat musik tradisional juga
dapat dikolaborasikan dengan alat modern seperti EDM yang tak kalah menarik
untuk disaksikan adar lebih menarik minat generasi baru.
DAFTAR PUSTAKA
·
https://id.wikipedia.org/wiki/Lagu
·
https://id.wikipedia.org/wiki/Musik
·
https://bagiilmunei.blogspot.com/2017/08/makalah-karya-seni-musik-tradisional.html
·
https://id.wikipedia.org/wiki/Lagu_daerah
·
https://brainly.co.id/tugas/28690233
·
https://brainly.co.id/tugas/11865545
·
https://brainly.co.id/tugas/29863536
·
https://gasbanter.com/lagu-daerah-jawa-barat
·
https://budaya-indonesia.org/Sumedang-Tandang
·
https://budaya-indonesia.org
27